
Entah kenapa, di dunia digital ini, banyak sekali
virus-virus yang menjadikan maindset
anak muda bahwa Menikah itu harus secepatnya dan menikah di usia yang masih
sangat muda adalah sebuah Kebahagiaan. Kenapa saya berani mengatakan ini sebuah
virus? Tentu saja, akibat dari banyaknya video ceramah-ceramah di Youtube yang
mengajak anak muda untuk segera menikah, potret-potret kebahagiaan para
pasangan muda usia belia yang sudah menikah, menjadikan anak muda seperti
terburu-terburu dan memaksakan diri untuk segera menikah. Dalam setiap
langkahnya yang ia fikirkan adalah soal JODOH dan MENIKAH. Padahal, di usia
yang muda masih banyak yang bisa kita lakukan, masih banyak karya yang bisa
kita buat, tentunya boleh dengan sambil terus meminta kepada Tuhan untuk
didekatkan dengan Jodoh kita dan diberikan jodoh terbaik yang sesuai dengan
kebutuhan kita. Bukan malah sibuk bergalau-galau memikirkan prihal jodoh yang
tak kunjung datang. Kan waktunya jadi kasian, terbuang sia-sia.
Teman-teman dan adek-adek sekalian. Tahukah kalian? Bahwa
ketika kita membahas soal Pernikahan, bukan hanya kebahagiaan saja. Ketika seseorang
memutuskan untuk menikah berarti dia juga sudah harus siap dengan segalanya. Menikah
bukan berarti masalah dalam hidupmu itu kelar, dalam sebuah pernikahan juga
akan ada masalah-masalah yang kamu tidak akan tahu itu. Saya bukan ingin
menakuti kalian semua lho yaaa....
tapi ayo deh, kita mulai membuka mata bahwa selain kebahagian, dalam sebuah
pernikahan ada banyak yang perlu di persiapkan. Nah, oleh-oleh dari seminar
nasional yang saya ikuti, saya akan berbagi sedikit yang saya ingat terkait apa
saja yang perlu dipersiapkan untuk sebuah kata kerja “Menikah”.
“Penyiapan
Kehidupan Berkeluarga dengan Matang. Meninjau dari Aspek Kesehatan Reproduksi,
Psikologi dan Sosial-Ekonomi”
1. Psikologi ( Diah Purwita Rini,
M.Psi )
Sesi
pertama kita akan meninjau sejauh mana kesiapan kita untuk hidup berkeluarga
ditinjau dari aspek psikologi.
Disini
saya baru mengerti, bahwa tanda-tanda siap atau belumnya mental kita untuk
berkeluarga rupanya bisa dilihat dari hal-hal yang sederhana seperti kerapihan
kamar kos kita. Loh kok bisa?. Ibu Rini menjelaskan, bahwa contoh sederhananya
adalah kerapihan kamar kita sendiri. Coba kita tengok kamar kita di rumah atau
kamar kos kita, rapi atau tidak, disapu setiap hari atau tidak. Kalau kamar kos
kamu saja masih berantakan dan kamu belum bisa untuk melawan rasa malas
membereskan kamar, maka jangan muluk-muluk untuk segera menjalani bahtera rumah
tangga. Girls, ketika kamu memutuskan
untuk menikah, yang kamu urusin bukan Cuma diri kamu saja. Ada suami dan
anak-anak kamu kelak. Belum lagi kalau nanti mertuamu memutuskan untuk tinggal
serumah denganmu. Ada rumah yang selalu melambai-lambai untuk kamu beri
sentuhan-sentuhan agar menjadi rapi dan bersih. Nah, ngurus kamar kamu sendiri
aja masih mager, gimana mau ngurus
rumahmu sama suamimu kelak. Hehehe. Ini hal yang harus dibiasakan, bukankah
semua akan jadi tidak enak jika kamu melakukan tugasmu bersih-bersih rumah
dengan terpaksa? Padahal itu adalah kewajibanmu sebagai seorang isrti.
Selanjutnya,
beliau mengajak kita semua untuk terlibih dahulu mencintai diri kita sendiri. Sudahkah
kamu cinta dengan dirimu sendiri? Sudahkah kamu memberikan penghargaan yang
tinggi atas segala yang telah dirimu lalui?
Yak,
sebelum memutuskan Mencintai si Doi, terlabih dahulu kamu harus mencintai
dirimu sendiri. Karena cinta dan energi positif yang ada di dalam diri kamu
nantinya akan keluar berubah menjadi cinta yang Indah untuk si Doi. Bagaimana mungkin,
kita bisa mencintai orang lain kalau terhadap diri kita sendiri, yang selalu
berjuang dalam suka maupun duka, yang selalu menemani kemanapun saja kita tidak
mampu untuk mencintainya. Jangan sampai nanti ketika si Doi sudah jadi Suami
atau Istri kita, setiap hari ketemu, setiap hari bersama, justru malah ada rasa
bosan. Seperti bosannya kamu terhadap diri kamu. Maka, Cintailah Dirimu
terlebih dahulu.
Next,
gak tau kenapa dibagian ini rasanya ngena banget buat saya. (Pengalaman kali
ya). Adalah tentang hilangkan Presepsi-presepsi Negatif terhadap orang-orang
yang mendakitmu. Jangan sampai, kamu melewatkan mendapatkan jodoh terbaik
karena presepsi negatifmu terhadap dia. Di sini Ibu Rini mencontohkan, semisal
ada lawan jenis yang mendekatimu. Kamu tidak boleh buru-buru menilainya. Terkadang,
kita sering merasa ilfill terhadap
sesuatu dalam hidup si Doi, entah masa lalunya ataupun tingkah lakunya. Padahal,
ada banyak part dalam hidupnya yang
kamu tidak ketahui. Bisa saja dia bukan laki-laki atau perempuan yang romantis
padahal tipemu adalah sesorang yang romantis. Tapi, apakah kamu tau? Bahwa yang
menyebabkan dia tidak romantis adalah karena dia jarang mendekati dan
menggombali lawan jenis. Berarti dia tipe yang setia kan. Hehehe..
Terkadang
telalu cepatnya kita berpresepsi dan menghakimi si Doi lalu memutuskan untuk
meninggalkannya jusrtu akan memberikan penyesalan di kemudian hari. Cobalah untuk
mengenal dia lebih dalam dan bersama-sama memperbaiki apa yang dirasa kurang
atau tidak pas. Karena dalam berumahtangga nanti, kita tidak boleh memutuskan
untuk pisah dengan mudahnya karena hanya hal-hal spele yang membuat ilfill.
Yang
terakhir, tentunya sudah sering kita dengar. Bahwa, “kualitas pasanganmu adalah cermin dari kualitasmu”. Di sini,
pemateri mengajak kita untuk sama-sama memperbaiki kualitas diri terlibih
dahulu, ketimbang pusing memikirkan kejombloan, hehehe.. Tuhan berjanji bahwa
laki-laki yang baik hanya untuk perempuan yang baik. Jika kamu ingin hidup
bersama dengan seseorang yang baik, maka Baikkanlah dulu dirimu. Bahkan, sejak
rasa tertarik itu tumbuh, dua jiwa yang terpisah ini sudah saling menganali
kualitas masing-masing dari energinya. Kamu bisa tertarik itu karena ada
kemiripan, sama baiknya atau sama kurangnya. Nah, mulai sekarang, kenali
kualiatas pasangan yang anda ingnkan, dengan cara Benahi diri sebaik mungkin.
Sedikit
cerita dari bu Rini dan suaminya, beliau adalah tipe wanita yang cerewet dan
ingin laki-lakinya romantis. Tapi Alloh mempertemukan beliau dengan laki-laki
yang pendiam dan tidak ada romantis-roamantisnya. Menurut kalian bagaimana?
.
Jawaban
kalian bisa disampaikan di kolom komentar yaa .
Itu
tadi beberapa tips dari sisi Psikologi dalam melihat sejauh mana kesiapan kita
untuk menikah. Emm.. untuk yang aspek kesehatan reproduksi dan sosial-ekonomi
kita bahas di tulisan berikutnya ya.
Terimaksih
karena telah membaca. Salam cintaku untuk Kamu.
Laki laki pendiam dan tidak ada romantisnya? Wkwkwk
BalasHapusKayaknya tadi udah di singgung dehhh ,,, berarti kalau sama yang lain oun juga gitu, jadi gakg papa...😀 toh hubungan juga awet kan, aku mikir laki cerewet nanti malah sering berantem karena gak ada yang mau ngalah tu dpdenggerin 😀
Betul.. Ini dia jawabnnya.. Hihi mbak² jurusan BK emang TOP wkk
Hapus